[Technopreneurship] Wira Usaha Berbasis Teknologi

Budidaya Jahe Gajah

Usaha Budidaya Jahe Gajah – Jahe gajah yang memiliki nama ilmiah Z. officinale Sp ini merupakan jahe dengan rimpang ukuran paling besar dibanding dengan jahe merah dan jahe emprit. Di jawa barat jahe ajah ini disebut dengan jahe badak, sedangkan di Bengkulu diberi nama jahe kombongan.
Selain memiliki ciri fisik ukuran rimpang yang besar, dari segi warna daging jahe berwarna kuning atau kuning muda dengan serat lembut. Untuk aroma lebih soft dibanding jenis jahe yang lain, dari rasa juga tidak terlalu pedas. Dari kandunan minyak atsiri, jahe gajah memiliki kandungan sebesar 0,82-1,68 % dari berat kering.
Peluang budidaya jahe gajah juga sangat menjanjikan, tidak kalah dengan budidaya jahe merah yang lagi bumming tahun ini. Permintaan jahe gajah untuk industri pun masih sangat tinggi, terbukti banyak importir di Indonesia yang mengimpor jahe gajah untuk memenuhi pasar lokal. Selain industry dalam negeri, pangsa pasar ekspor juga tinggi, jahe gajah banyak diminati dari Negara Singapura, Hongkong, India, Jepang, Amerika dll.

Budidaya Jahe Gajah

kebun jahe gajahUntuk membudidayakan jahe gajah paling ideal dibudidayakan di daerah dengan ketinggian 400 sampai 800 dpl dengan suhu antara 20-30 derajat Celsius. Untuk menghasilkan jahe dengan baik, kondisi tanah harus subur dan gembur dengan PH 5,5 – 7.
Untuk pembibitan penanaman sama dengan jenis jahe yang lain. Bibit jahe yang baik adalah bibit dari rimpang jahe gajah yang sudah berumur lebih dari 10 bulan. Untuk memenuhi kebutuhan bibit dengan luas area budidaya 1 hektar, membutuhkan rimpang jahe sebebanyak 1,2 ton.
Sebelum bibit jahe gajah ditananam, terlebih dahulu lahan diolah terlebih dahulu. Lahan dibuat bedengan dan gulma dibersihkan.
Penanaman jahe gajah dilakukan pada awal musim hujan. Agar jahe tumbuh dengan maksimal perlu dilakukan penyiraman secara rutin, hal ini karena jahe pada awal pertumbuhan membutuhkan air yang cukup memadai. Pembersihan gulma juga dilakukan secara rutin. Untuk pemupukan bisa dilakukan setelah jahe berumur 1 – 1,5 bulan.
Untuk panen bisa disesuaikan kebutuhan, jika jahe gajah digunakan untuk asinan bisa dipanen diumur 3 sampai 5 bulan, sedangkan jika untuk indukan bibit bisa dipanen di atas 10 bulan. Produktifitas jahe gajah dalam 1 hektar bisa mencapai 25 ton. Bahnkan dengan teknologi bisa mencapai 60 ton / hektar.