[Technopreneurship] Wira Usaha Berbasis Teknologi

Kisah perjalanan untuk menjadi Artis

Namanya juga masih muda. Suka mencoba segala hal. Kebetulan ada tante yang sudah lebih dahulu malang melintang di dunia entertainment Indonesia. Wajahnya sering kali terlihat sebagai main talent di iklan yang wira-wiri menganggu saat tontonan utama sedang seru dan juga di beberapa sinetron di layar kaca kita. Maka enak-enak saja kalau mau ikut tante casting dan sekalian numpang populer….
Langkah pertama, tante menyuruhku pergi ke photo studio. ” Photo dulu. Minta yang close up ama seluruh badan ya.” pesan tante. Setelah photo jadi harus isi biodata. Nama, tinggi badan, umur, ukuran baju/sepatu/celana, hobby ama pengalaman. Pengalaman? Hehehe….. ini yang parah. Nggak ada pengalaman casting. Akhirnya aku karang saja seadanya. Mereka nggak mungkin akan cek kok.
Langkah kedua, mulai bergerilya bersama tante. Setiap kali tante ada panggilan casting, aku selalu ikut. Di Production House/ PH saat casting biasanya banyak orang – orang dari agency. Nah, ini kesempatan. Kesempatan untuk memberikan photo kita dan untuk jual tampang. Siapa tahu setiap kali ada casting kita di beri kesempatan untuk casting melalui agency. Tempat casting rata – rata berada di daerah Jakarta Selatan.
Beruntung tante sudah cukup di kenal kalangan agency. Panggilan untuk ikut casting pun mulai mengalir. KKN memanfaatkan popularitas tante. Pertama kali dapat panggilan casting di daerah Kemang. Ampun,… macetnya nggak tahan. Sampai di lokasi casting masih harus antre mendapatkan panggilan untuk di casting. Terlihat beberapa artis yang wajahnya seringkali nongol di layar kaca. Mereka minta perlakuan khusus agar tidak usah ikut mengantri casting. Biasa, alasan klasik : mau pergi ke lokasi syuting. Padahal mungkin mereka juga baru sepi job. Kata orang, itulah mental orang kita. Memanfaatkan apa saja untuk keuntungan diri sendiri. Maunya enaknya saja.
Giliran masuk ke ruang casting tiba. Aku di beri papan kecil berisi biodata kemudian di suruh memperkenalkan diri. Di ambil gambar pose depan, close up, tampak dari samping, kemudian di beri sedikit naskah dialog. Di minta untuk memerankannya. Proses casting nggak sampai 5 menit, antri castingnya bisa berjam – jam!
Hari – hari sibuk casting pun di mulai. Beruntung pekerjaan di kantor flexible. Kadang mengaku mau pergi ketemu client di Kemang – pergi dengan mobil dan sopir kantor – padahal ya pergi casting. Hehehehe…. Lumayan, selama menunggu casting bisa ngobrol sana – sini cari kenalan. Rata -rata yang ikut casting kan pasti cantik dan ganteng. Ada presenter, photo model, model catwalk, artis, dll. Semuanya dengan mimpi yang sama : menjadi terkenal di usia muda. Iseng – iseng berhadiah saja lah.
Suka duka selama ikut casting pasti ada. Artis senior yang sudah terbukti popularitasnya jauh lebih ramah di banding pendatang baru karbitan. Kadang suka sewot sendiri lihat pendatang baru yang wuih,… gayanya minta ampun. Berasa paling cakep, sudah go Internasional sampai Hollywood. Padahal wajahnya cuma numpang lewat aja sebagai figuran. Gosip – gosip kecil pun kadang merebak. Oh, si Anu itu model “bispak” – bisa di pakai. Si XYZ dulu kampungan banget, sejak permak abis di dokter ABC jadinya ya begitu. Kadang yang membuat rada serem, gosip mengenai mistik dan klenik. Tak jarang gosip yang belum beredar untuk umum sudah tahu duluan. Tapi, itulah hidup. Semua maunya instant.
Cukup lama tercebur di dunia casting, akhirnya aku tahu bahwa kadang penghasilan yang kecil tak dapat menopang pengeluaran. Sedikit yang dapat menggapai puncak impian dan mendapatkan kontrak dalam jumlah nominal besar, terlebih  mempertahankan kesuksesan yang sudah di dapat. Banyak yang boom kemudian menghilang. Celakanya saat mereka terkenal, terbiasa dengan segala pujian, fasilitas dan kehidupan glamour. Saat semua popularitas menjauh, akhirnya alternatif terakhirlah yang di pakai untuk menopang gaya hidup. Menabrak yang terlarang, segalanya menjadi halal.
Nah, sekarang sampai di bagian tersulit untuk di jawab. Saya sendiri apakah pernah gol dalam casting?
Sempat berharap bisa populer di jalur yang penuh lika – liku ini. Tim sukses untuk memperlancar misi dan visi pun di bentuk. Sempat terlibat pemotretan, tapi prestasi saya hanya nongol di iklan televisi berdurasi 15 detik. Itu saja saya hanya kelihatan sekelebat saja. Bagaimana orang mau mengenal saya dan menjadi terkenal kalau cuma nongol sekelebat? Untung muka masih kelihatan, tidak cuma punggung/ kakinya saja. Saat tante main sinetron, saya pernah ikut dalam beberapa episode. Bintang utamanya AM. Artis dan penyanyi yang konsisten dengan kariernya dari artis cilik hingga dewasa. Sinetron sangat menguras tenaga. Di rumah kita bisa duduk menonton paling 1 jam, proses syuting bisa berhari- hari dari pagi sampai dini hari. Kejar tayang/stripping lebih parah lagi. Melelahkan….
Dunia seperti ini menjanjikan segalanya. Janji popularitas dan kehancuran. Kehidupan pesta yang meriah dibayangi dengan sejuta tantangan. Semua di mata masyarakat harus terlihat perfect dalam panggung sandiwara kehidupan ini. Semuanya penuh dengan andai. Andai aku menjadi terkenal seperti A, pasti nasibku tidak begini…. Andai….. Andai….. dan terus berandai – andai sampai tua. Kereta terakhir sudah lewat…