Technopreneurship, Wirausaha Berbasis Teknologi
| |
---|---|
Menteri Riset dan Teknologi Republik Indonesia, Gusti Muhammad Hatta, membuka acara Sosialisasi Kebijakan/Program Pengembangan Kewirausahaan Nasional (Technopreneurship Camp VII) pada Jumat, 12 September 2014 di Swiss German University. Acara ini diadakan oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian yang bekerjasama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Tim Wirausaha Kreatif Kemenko Perekonomian dan Swiss German University (SGU), yang bertujuan menumbuhkembangkan kewirausahaan khususnya usaha baru berbasis teknologi serta meningkatkan kualitas dari sumber daya manusia yang terdapat di Indonesia.
Technopreneurship berasal dari dua kata, yaitu entrepreneur dan techno yang memiliki tujuan berwirausaha dengan basis teknologi. Dalam hal ini, Menteri Riset dan Teknologi, Gusti Muhammad Hatta menyampaikan bahwa bangsa Indonesia memiliki kekayaan alam yang berlimpah, namun Indonesia hanya mengekspor bahan-bahan mentah. Bahan mentah yang dijual ke negara lain dengan harga yang cukup murah akan diolah oleh negara lain dan masuk kembali ke Indonesia dengan harga yang mahal. Beliau juga menyampaikan bahwa Kemenristek memiliki program-program, “Kita ada program Pusat Unggulan Iptek. Jadi, Pusat Unggulan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Mimpi saya, di Pusat Unggulan Iptek bisa menguasai teknologi, dengan begitu akan ada nilai tambah, penguasaan teknologi, dan terbuka kesempatan kerja,” ujar Gusti. Seperti Pusat Unggulan Iptek Kakao yang sudah diresmikan menjadi Pusat Unggulan. Jika dilihat dari segi benefit ekonominya, Pusat Unggulan Iptek Kakao mampu memproduksi bibit berkualitas dalam jumlah jutaan juga menghasilkan cokelat yang siap dikonsumsi, dijual, dan diekspor. Indonesia dikatakan memiliki sumber daya manusia yang potensial namun tidak dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Hal ini dapat diatasi dengan memberikan pendidikan juga pelatihan agar potensi yang mereka miliki dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan technopreneurship. Menristek juga menambahkan, ”Memang sulit untuk menjadikan seseorang menjadi technopreneurship. Dia harus memiliki kemampuan teknis, inovasi yang kuat, kemampuan pemasaran, kemampuan financial dan kemampuan komunikasi,” ujarnya. Modal dasar technopreneurship adalah kompetensi, relasi, informasi, trust dan perilaku. Terdapat lima tahapan technopreneurship yaitu usaha baru; peluncuran dasar; pertumbuhan awal pembiayaan; konsiderasi dan pertumbuhan; dan go public (memanen apa yang telah dilakukan). Pada kesempatan ini juga dilakukan penandatanganan perjanjian kerjasama antara Balai Inkubator Teknologi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dengan Swiss Germany University serta Badan Pengusahaan Batam (BP Batam) yang disaksikan oleh Menteri Riset dan Teknologi, Gusti Muhammad Hatta; Deputi Menteri Bidang Koordinator Industri dan Perdagangan, Edy Putra Irawadi; dan Rektor Swiss German University, Martin Loeffelholz. Dalam acara ini turut dihadiri oleh Deputi Bidang Pendayagunaan Iptek, Pariatmono; Asisten Deputi Jaringan Penyedia dengan Pengguna, Sri Setiawati; dan Deputi Kepala Bidang Pengkajian Kebijakan Teknologi, Tatang Akhmad Taufik. [http://www.ristek.go.id/index.php/module/News+News/id/14927] |